WASHINGTON - Salah seorang mantan konsultan Departemen Pertahanan AS menyatakan bahwa pelecehan seksual semakin merajalela dalam militer Amerika Serikat karena kemunculan mental "boy's club", Press TV melansir pada Rabu (1/8/2012).
Masalah utama dalam angkatan bersenjata AS ini adalah bahwa terdapat budaya menoleransi pelecehan seksual yang dikarenakan oleh munculnya atmosfer "kelompok laki-laki" (boy's club), Monica Witt menulis dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh situs Press TV.
"Sebagian besar laki-laki mengabaikan isu pelecehan. Mereka bahkan membicarakan mengenai penampilan perempuan atau pembahasan seksual lainnya saat bekerja. Sering kali mereka menganggap hal ini sebagai hal yang wajar," Witt memaparkan.
Mantan konsultan Pentagon itu pun menyatakan bahwa mental seperti ini muncul dari anggapan bahwa militer adalah profesi laki-laki. Itulah sebabnya jika ada perempuan yang ingin bekerja di sana mereka harus mewajarkan pembicaraan semacam itu.
Kaum perempuan dipaksa untuk mewajarkan kondisi pekerjaan yang mengerikan, yang tentu saja mempengaruhi kinerja mereka, sejak kaum laki-laki jarang dihukum karena kasus pelecehan tersebut.
"Atmosfer ini dipaksakan bersama dengan keyakinan umum bahwa laki-laki diperbolehkan untuk bertindak tidak wajar dan kepemimpinan militer mengampuni perilaku mereka."
Menurut Witt, jumlah perempuan hanya 14,6 persen dibandingkan kaum laki-laki dalam tubuh militer AS atau sebanding dengan 280.000 orang saja dari 2,3 juta tentara selama beberapa dekade.
Berdasarkan pendapat Witt, inisiden semacam itu tidak mungkin terjadi jika jumlah perempuan yang menduduki peran sentral kepimpinan dalam militer AS bertambah.
Ia pun menambahkan bahwa harus ada organisasi yang peduli untuk melakukan investigasi pada kekerasan seksual ini agar militer AS bisa memenuhi standar profesionalisme bagi seluruh anggotanya.